Mereka bicara tentang keyakinan
mereka, mereka bicara tentang Tuhan beserta imajinasi mereka tentang Tuhan. Aku pun mulai berpikir mengenai itu. Bagaimana Tuhan itu dan seperti apa yang
dinamakan Tuhan? Dulu aku cukup puas dengan berbicara atas nama Tuhan, membela
budaya Islam, dan secara jelas mengatakan aku tidak percaya agama orang lain
dan Tuhan mereka sama sekali bukan Tuhan yang sesungguhnya. Tapi aku pun
berpikir sekarang, apa itu cukup untukku tetap hidup? Aku bahagia menjadi
bagian dari Islam dan bahwa Tuhan itu ada dan aku bisa merasakannya di setiap
denyut jantungku, aku merasakannya setiap aku menghirup udara dan menghembuskan
nafas, aku merasakan kekuasaannya atas itu semua. Tapi tentang agama-agama yang
berkelompok-kelompok, apakah itu dari pemikiran manusia dari hasil filsafat
mereka atau turun langsung dari Tuhan?
Sampai pada suatu hari, seorang guru
mengajari aku dalam waktu yang sangat singkat namun membuatku tahu tentang
suatu yang bisa bermanfaat seumur hidupku. Tentang keyakinan yang disebut
agama. Aku yang dulu berpikir dan bertanya-tanya, benarkah Tuhan hanya
menciptakan surga untuk orang-orang Islam seperti kata orang-orang yang fanatik
? Tapi hari itu, pertanyaanku terjawab dengan jawaban yang begitu bijaksana.
Bahwa Islam bukan satu-satunya agama
yang diciptakan Tuhan untuk manusia. Terbukti dengan turunnya kitab-kitab suci
yang diturunkan kepada Rasul-rasul Allah. Maka tidak ada yang salah dengan
perbedaan-perbedaan antara umat beragama mengenai cara mereka memuja Tuhan.
Toh, Tuhan dalam semua kitab suci tersebut mengajarkan umatNya dalam kebaikan
dalam bahasa-bahasa yang berbeda.
Aku bertanya, “Bukankah AlQur’an
adalah penyempurna semua kitab sebelumnya?”, beliau menjawab bahwa kita
berpikir seperti itu karena kita adalah penganut agama Islam. Tapi tentu saja
sudut pandangnya akan berbeda jika pertanyaan itu dilontarkan kepada mereka non
muslim.
Beliau kemudian menanyaiku dengan
pertanyaan yang sangat sederhana, “Apakah semua orang yang salah berarti
berdosa?” Aku menjawabnya dengan nada yang santai karena memang tidak merasa
terbebani dengan pertanyaan itu hingga aku tidak berpikir panjang dan seksama,
“Iya”.
Beliau tertawa tanpa bermaksud
menyindir, nada tawa seorang Ayah yang tengah bersabar mengajari anaknya. Tawa
yang teduh dan membuat saya semakin ingin lebih banyak tahu. “Berarti sedari
tadi kau sudah berdosa karena kau sudah banyak salah menjawab pertanyaan saya”.
Tanggapannya setelah tawa itu cukup membuatku kebingungan, benar juga, pikirku.
Beliau kemudian melanjutkan, “Jika ada seorang wanita muslim yang tidak memakai
hijab keluar rumah, apakah dia salah atau melanggar?” Jelas saja aku langsung
menjawab, “Melanggar pak”. Dia melanjutkan, “Menurutmu dia berdosa atau tidak?”,
aku menjawab iya.
Beliau kemudian tersenyum, senyum
yang teduh. Beliau menjelaskan letak perbedaan antara pertanyaan yang pertama
dan kedua. Seseorang yang berdosa adalah orang yang melakukan sebuah
pelanggaran, bukan karena dia semata-mata melakukan kesalahan. Semua agama
memiliki aturannya masing-masing, aturan mengenai kebaikan dan kejahatan yang pada
umumnya sama. Kapan seseorang melanggar peraturannya, maka dia adalah seseorang
yang berdosa.
Maka kesimpulannya, seseorang masuk
surga dan neraka bukan karena agamanya tapi karena amal perbuatannya, walaupun
penentu akhirnya adalah Yang Maha Kuasa, suatu Dzat yang paling berkuasa yang
kita namakan Tuhan. Tapi pada intinya, setiap orang harus taat pada agamanya
dan berusaha mengikuti setiap aturannya karena setiap agama mengajarkan
kebaikan. Setiap orang harus menghormati keyakinan setiap orang yang lainya.
Mungkin tidak cukup bijak jika kita
hanya mengkaji hal itu sampai pada pemahaman itu saja. Namun, pemikiran itu
dapat dijadikan suatu pedoman dalam menjalani hidup. Pedoman untuk menjadi
seseorang yang tidak menyalahkan dan berusaha untuk selalu menerima dan
menghargai. Setidaknya, itulah yang aku pelajari pada hari itu. Tentang Tuhan,
bahwa Tuhan hanyalah satu, yang membedakannya hanyalah cara umatNya dalam
memuja. Wallahu A’lam..., segala hal yang kebenarannya hakiki hanyalah Tuhan
yang pantas menilai. Semoga setiap orang dibukakan mata hatinya untuk meraih
kebenaran yang sebenar-benarnya kebenaran. SEMOGAAA.....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar