Minggu, 21 September 2014

Pelajaran Berharga



           
      Belakangan ini aku banyak bicara dengan orang-orang. Orang dengan pandangan yang berbeda-beda tentang hidup dan keyakinan. Aku pun banyak membaca buku akhir-akhir ini. Aku menemukan banyak hal, tapi juga banyak keraguan yang muncul. Semakin aku banyak mencari tahu, semakin banyak keraguan yang terbangun dari tidurnya. Aku percaya, setiap manusia memang hidup berdampingan dengan keraguan. Mereka berjalan bersama untuk suatu keberadaan. Tentu saja, kata Descartes.., “Aku berpikir, maka aku ada”, kapan manusia ragu, maka ia akan berpikir, begitu juga sebaliknya, jika manusia berpikir, maka pasti akan ada keraguan di sana. Jadi memang tak bisa disangkali, manusia hidup dalam keraguan seumur hidupnya.


          Mereka bicara tentang keyakinan mereka, mereka bicara tentang Tuhan beserta imajinasi mereka tentang Tuhan. Aku pun mulai berpikir mengenai itu. Bagaimana Tuhan itu dan seperti apa yang dinamakan Tuhan? Dulu aku cukup puas dengan berbicara atas nama Tuhan, membela budaya Islam, dan secara jelas mengatakan aku tidak percaya agama orang lain dan Tuhan mereka sama sekali bukan Tuhan yang sesungguhnya. Tapi aku pun berpikir sekarang, apa itu cukup untukku tetap hidup? Aku bahagia menjadi bagian dari Islam dan bahwa Tuhan itu ada dan aku bisa merasakannya di setiap denyut jantungku, aku merasakannya setiap aku menghirup udara dan menghembuskan nafas, aku merasakan kekuasaannya atas itu semua. Tapi tentang agama-agama yang berkelompok-kelompok, apakah itu dari pemikiran manusia dari hasil filsafat mereka atau turun langsung dari Tuhan?
           Sampai pada suatu hari, seorang guru mengajari aku dalam waktu yang sangat singkat namun membuatku tahu tentang suatu yang bisa bermanfaat seumur hidupku. Tentang keyakinan yang disebut agama. Aku yang dulu berpikir dan bertanya-tanya, benarkah Tuhan hanya menciptakan surga untuk orang-orang Islam seperti kata orang-orang yang fanatik ? Tapi hari itu, pertanyaanku terjawab dengan jawaban yang begitu bijaksana.
             Bahwa Islam bukan satu-satunya agama yang diciptakan Tuhan untuk manusia. Terbukti dengan turunnya kitab-kitab suci yang diturunkan kepada Rasul-rasul Allah. Maka tidak ada yang salah dengan perbedaan-perbedaan antara umat beragama mengenai cara mereka memuja Tuhan. Toh, Tuhan dalam semua kitab suci tersebut mengajarkan umatNya dalam kebaikan dalam bahasa-bahasa yang berbeda.
           Aku bertanya, “Bukankah AlQur’an adalah penyempurna semua kitab sebelumnya?”, beliau menjawab bahwa kita berpikir seperti itu karena kita adalah penganut agama Islam. Tapi tentu saja sudut pandangnya akan berbeda jika pertanyaan itu dilontarkan kepada mereka non muslim.
           Beliau kemudian menanyaiku dengan pertanyaan yang sangat sederhana, “Apakah semua orang yang salah berarti berdosa?” Aku menjawabnya dengan nada yang santai karena memang tidak merasa terbebani dengan pertanyaan itu hingga aku tidak berpikir panjang dan seksama, “Iya”.
           Beliau tertawa tanpa bermaksud menyindir, nada tawa seorang Ayah yang tengah bersabar mengajari anaknya. Tawa yang teduh dan membuat saya semakin ingin lebih banyak tahu. “Berarti sedari tadi kau sudah berdosa karena kau sudah banyak salah menjawab pertanyaan saya”. Tanggapannya setelah tawa itu cukup membuatku kebingungan, benar juga, pikirku. Beliau kemudian melanjutkan, “Jika ada seorang wanita muslim yang tidak memakai hijab keluar rumah, apakah dia salah atau melanggar?” Jelas saja aku langsung menjawab, “Melanggar pak”. Dia melanjutkan, “Menurutmu dia berdosa atau tidak?”, aku menjawab iya.
           Beliau kemudian tersenyum, senyum yang teduh. Beliau menjelaskan letak perbedaan antara pertanyaan yang pertama dan kedua. Seseorang yang berdosa adalah orang yang melakukan sebuah pelanggaran, bukan karena dia semata-mata melakukan kesalahan. Semua agama memiliki aturannya masing-masing, aturan mengenai kebaikan dan kejahatan yang pada umumnya sama. Kapan seseorang melanggar peraturannya, maka dia adalah seseorang yang berdosa.
           Maka kesimpulannya, seseorang masuk surga dan neraka bukan karena agamanya tapi karena amal perbuatannya, walaupun penentu akhirnya adalah Yang Maha Kuasa, suatu Dzat yang paling berkuasa yang kita namakan Tuhan. Tapi pada intinya, setiap orang harus taat pada agamanya dan berusaha mengikuti setiap aturannya karena setiap agama mengajarkan kebaikan. Setiap orang harus menghormati keyakinan setiap orang yang lainya.
           Mungkin tidak cukup bijak jika kita hanya mengkaji hal itu sampai pada pemahaman itu saja. Namun, pemikiran itu dapat dijadikan suatu pedoman dalam menjalani hidup. Pedoman untuk menjadi seseorang yang tidak menyalahkan dan berusaha untuk selalu menerima dan menghargai. Setidaknya, itulah yang aku pelajari pada hari itu. Tentang Tuhan, bahwa Tuhan hanyalah satu, yang membedakannya hanyalah cara umatNya dalam memuja. Wallahu A’lam..., segala hal yang kebenarannya hakiki hanyalah Tuhan yang pantas menilai. Semoga setiap orang dibukakan mata hatinya untuk meraih kebenaran yang sebenar-benarnya kebenaran. SEMOGAAA.....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

design by Nur Mustaqimah Copyright© All Rights Reserved coretankeciliemha.blogspot.com